Jumat, 07 Januari 2011

Lagu Gregorian yang Masuk Kategori "Mudah"

Beberapa waktu lalu pernah ada yang mengeluh kurang lebih begini: "Saya tidak bisa bernyanyi, suara saya sumbang dan sama sekali buta notasi. Tapi saya senang mendengar lagu gregorian dan berharap lagu seperti itu dinyanyikan saat misa. Apa yang bisa saya buat?"

Waktu itu saya jawab: "Berikan lagu-lagu ini ke koor-koor lingkungan di paroki anda."... Lagu-lagu yang saya maksud ada empat lagu: Adoremus in Aeternum, Adoro Te Devote, Anima Christi, dan Ave Verum.

Tiga alasan kenapa saya menyarankan lagu-lagu itu. Berikut uraiannya:

Pertama,setiap orang katolik, khususnya praktisi koor harusnya paham kalau nyanyian gregorian adalah nyanyian yang paling pas untuk liturgi. Namun ada kondisi yang tidak bisa ditolak oleh mereka dan harus dipahami semuanya, yakni bahwa mereka dibesarkan atau dididik dalam lingkungan yang tidak pernah atau jarang menyanyikan gregorian. Bisa dibilang hanya pada saat tertentu saja dimana mereka wajib menyanyikan gregorian karena tidak ada pilihan lagu lain.

Contohnya saya sendiri, saya dibesarkan di paroki dimana lagu gregorian hanya dinyanyikan pada saat adven dan prapaskah, juga saat pekan suci. Selain itu tidak ada sama sekali. Ternyata saya masih beruntung, ada teman yang parokinya sama sekali tidak pernah menyanyikan lagu gregorian bahkan di masa adven dan prapaskah. Lagu gregorian hanya disentuh saat Kamis Putih karena tidak ada pilihan lagu lain.

Kedua, jujur saja, walaupun Puji Syukur sudah banyak memuat lagu gregorian 'dasar', tapi sedikit sekali memuat lagu yang 'mudah'. Selain itu juga jarang sekali (atau bahkan tidak pernah) diterbitkan teks-teks nyanyian gregorian baik dalam notasi aslinya maupun dalam notasi angka. Ditambah mayoritas praktisi koor hanya fasih membaca notasi angka dan tidak notasi balok apalagi gregorian.

Ketiga, dalam dunia per-koor-an di paroki-paroki ada "racun" yang sangat mematikan, yakni anggapan kalau menyanyikan 4 suara itu bagus, kalau 1 suara (unisono) itu jelek. Bahkan ada yang merasa bernyanyi unisono adalah aib. Racun ini khususnya menghinggapi koor-koor paroki yang terbiasa menyanyikan lagu-lagu sulit yang tidak membumi.

Tapi sebaliknya, ada juga koor-koor yang bisa bernyanyi unisono saja sudah bagus, ini sehubungan dengan kesulitan mengumpulkan orang untuk tugas.

Alasan pertama dan kedua sudah cukup menjelaskan kenapa nyanyian gregorian pada tahun-tahun (atau bahkan dekade-dekade) terakhir ini terasa asing bagi umat dan praktisi koor. Alasan ketiga mau tidak mau diterima tapi sekaligus juga bisa dijadikan peluang karena justru koor-koor yang rutin bernyanyi unisono juga rindu menyanyikan lagu-lagu 'baru' yang mudah dinyanyikan.

Maka untuk menawarkan sesuatu yang masih asing tentu tidak bisa langsung yang berat. Seorang bayi tidak bisa langsung makan nasi atau daging, harus mulai dari bubur encer dulu atau makanan lunak. Begitu pula menawarkan lagu-lagu gregorian tidak bisa langsung yang sulit, tapi harus dengan yang mudah dulu. Kalau koornya terbiasa not angka tentu sebaiknya jangan diberi teks notasi gregorian, kecuali kalau bisa mengajari mereka cara membacanya.

Ada beberapa lagu yang masuk kategori mudah yang bisa anda tawarkan kepada koor anda, koor lingkungan lain, koor paroki, atau usul ke romo paroki untuk dipakai mengiringi devosi Adorasi Sakramen Mahakudus :

Di Puji Syukur :

Sumber lain:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar